Taopik Hidayat

Guru SDN Parungponteng Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengaruh Media  Century Square  Terhadap  Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kreatif
Media Century Square

Pengaruh Media Century Square Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kreatif

A. Pendahuluan

Ilmu pengetahuan serta tekhnologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu negara. Sumber daya manusia yang unggul dipastikan akan meningkatkan kemajuan suatu negara dalam berbagai bidang. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan daya saing dengan negara-negara maju di dunia.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah meningkatkan mutu pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan tentu saja meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan output yang berkualitas pula. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Manusia yang cerdas dan berakhlakul karimah.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar berperan penting dalam membentuk dasar-dasar pemahaman konsep matematis bagi siswa. Pemahaman konsep matematis diajarkan dengan benar oleh guru kepada siswa akan menjadi pondasi yang benar sampai ke sekolah selanjutnya. Sebaliknya pembelajaran yang mengajarkan konsep yang salah di sekolah dasar akan terbawa selamanya.

Selain dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, hal penting yang perlu ditingkatkan oleh guru adalah tingkat kreativitas siswa. Kadang-kadang guru mengajarkan asal-asalan saja, yang penting siswa bisa menyelesaikan soal ketika melaksanakan ujian. Seringkali kita tidak memikirkan bagaimana siswa dapat menyelesaikan permasalahannya dengan cara yang kreatif.

Salah satu materi pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah dasar kelas IV adalah tentang penjumlahan pecahan berbeda penyebut. Mayoritas guru dalam mengajarkan penjumlahan pecahan berbeda penyebut adalah dengan cara menyamakan penyebutnya. Siswa pada akhirnya mampu menyelesaikan penjumlahan pecahan berbeda penyebut tersebut dengan benar, tetapi tanpa memahami konsep dari penjumlahan pecahan berbeda penyebut tersebut. Selain dari itu, karena guru mengajar penjumlahan pecahan berbeda penyebut hanya dengan menyamakan penyebut, maka kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tidak berkembang.

Kemampuan pemahaman konsep matematis di sekolah dasar pada umumnya masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian sebelumnya yang mengindikasikan kelemahan kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut. Selain dari itu, lemahnya kemampuan pemahaman konsep matematis dapat dilihat secara langsung dari output pembelajaran. Misalnya, seorang siswa dapat menyelesaikan soal penjumlahan pecahan berbeda penyebut dengan menyamakan penyebutnya, lalu ditanya mengapa hasilnya demikian, siswa tersebut belum bisa menjawab dengan konsep yang benar.

Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya hapalan. Akan tetapi dengan kemampuan pemahaman matematis siswa akan lebih mengerti konsep matematika yang dipelajarainya. Hal ini sesuai sesuai dengan Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson, dan Krathwohl dalam (Sriwiani, 2011, hlm. 3), kemampuan pemahaman (comprehension) dikategorikan ke dalam jenjang kognisi ke-dua dari 6 kategori proses kognitif, yakni: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kategori memahami menggambarkan suatu pengertian dimana siswa mampu mengonstruksi makna dari pesan pembelajaran baik lisan maupun tulisan.

Selain dari lemahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, alasan penelitian ini juga didasarkan pada permasalahan kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa. Misalnya, siswa diberikan permasalahan untuk menyelesaikan penjumlahan pecahan berbeda penyebut, rata-rata dari siswa menjawab benar, akan tetapi hanya dengan cara menyamakan penyebut. hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih lemah.

Kurino (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Media Century square dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama Pada Peserta Didik mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sekolah dasar masih rendah. Oleh karena itu, pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahan konsep perlu terus dikembangkan.

Kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematis apabila tidak diperbaiki akan berdampak panjang. Apalagi bagi siswa sekolah dasar yang belajar tentang konsep-konsep yang mendasar, belajar tentang konsep matematis haruslah ditanamkan dengan benar. Sekali saja salah mengajarkan konsep matematis, maka akan terbawa ke sekolah berikutnya atau bahkan dalam kehidupannya nanti. Oleh karena itu, penanaman kemampuan konsep matematis perlu ditanamkan dengan benar kepada siswa.

Kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa perlu diperbaiki. Apabila tidak diperbaiki maka siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan akan selalu menggunakan cara yang itu-itu juga. Misalnya dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan berbeda penyebut, siswa akan menyelesaikannya dengan menyamakan penyebutnya.

Siswa sekolah dasar berada pada tahap operasionaal konkrit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh pendapat Piaget. Ini berarti bahwa untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak dibutuhkan media pembelajaran. Salah satu upaya untuk membantu siswa sekolah dasar kelas IV dalam menjumlahkan pecahan berbeda penyebut adalah menggunakan media century square. Penggunakan media ini diharapkan mampu menanamkan konsep penjumlahan pecahan berbeda penyebut.

Penggunaan media Century square akan membantu siswa dalam memperoleh konsep penjumlahan pecahan berbeda penyebut. sehingga dengan penggunaan media ini siswa dapat memperoleh konsep penjumlahan berbeda penyebut. Walaupun pada akhirnya siswa mengerjakan soal dengan menggunakan cara menyamakan penyebutnya, siswa sudah memperoleh konsepnya.

Pembelajaran matematika tentang penjumlahan pecahan berbeda penyebut dengan menggunakan media century square akan berpengaruh juga pada berpikir kreatif siswa. Media ini mampu merangsang siswa kreatif menyelesaikan penjumlahan pecahan berbeda penyebut dengan berbagai cara dan media. Hal ini mengindikasikan bahwa media century square diharapkan berpengaruh terhadap kreativitas berpikir matematika siswa.

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti, ingin mencoba memberikan alternatif solusi dalam hal pembelajaran penjumlahan pecahan berbeda penyebut. Bahwa penjumlahan pecahan berbeda penyebut bisa dilaksanakan menggunakan media century square.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Melihat pengaruh media century square terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam menjumlahkan pecahan berbeda penyebut. 2) Melihat pengaruh media century square terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menjumlahkan pecahan berbeda penyebut. 3) Melihat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square. 4) Melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square.

.

B. Pembelajaran Menggunakan Media Century Square

Untuk melihat kegunaan media century square ini, sepintas akan dipaparkan proses pembelajaran yang berkenaan dengan penjumlahan pecahan berbeda penyebut. Proses pembelajarannya terdiri dari kegiatan awal, kegian inti, dan kegiatan akhir.

Pada kegiatan awal guru melakukan kegiatan pengkondisian siswa. Pengkondisian siswa ini bertujuan unuk mengkondisikan keberadaan siswa di kelas sebelum pelajaran dimulai. Pengkondisian bertujuan untuk mempersiapkan siwa baik secara fisik maupun psikis siswa supaya siap dalam memperoleh pelajaran. Kegiatan selanjunya adalah kegiatan apersepsi. Pada kegiatan ini peneliti mencoba menggali informasi tentang materi ajar yang telah diberikan kepada siswa sebelumnya. Lalu peneliti mencoba mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga diharapkan siswa siap secara psikis menghadapi pelajaran. Setelah itu peneliti mennyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.

Langkah selanjutnya guru mempersiapkan media century square. Media ini ada yang ditempel di papan tulis, dan yang lainnya dibagikan kepada siswa. Media century square yang dibagikan kepada siswa bisa mencapai 3 sampai 4 lembar. Berikut ini gambar media century square yang akan membantu proses pembelajaran.

Gambar 1

Media centur square

Gambar ini terdiri dari 100 persegi, terdiri dari 10 persegi vertikal dan 10 persegi horizontal sehingga jumlahnya menjadi 100 persegi sehingga dinamakan media century square.

Pembelajaran selanjutnya masuk ke dalam kegiatan inti. Sebelum masuk ke materi penjumlahan pecahan berbeda penyebut yang akan dibahas pada bagian ini. Guru memberikan contoh cara penjumlahan pecahan tersebut.

Contoh pengerjaan + menggunakan media century square.

Langkah pertama persiapkan media century square sebanyak 2 lembar

Gambar 2

Media century 1 dan 2

Media century square 1 Media century square 2

Langkah kedua menentukan bagian pecahan keseluruhan yaitu mengalikan 5 x 6 = 30 pada bagian penyebut pecahan. Langkah ketiga menebalkan garis pinggir 5 persegi ke bawah dan 6 persegi ke kanan untuk media century square 1. Dan menebalkan garis pinggir 6 persegi ke bawah dan 5 persegi ke kanan pada media century square 2. Berikut ini ditampilkan proses penebalan media century square 1 dan 2 dalam proses penjumlahan pecahan berbeda penyebut.

Gambar 3

Proses Penebalan media century square 1 dan 2

Media century square 1 Media century square 2

Langkah ke 4 adalah mengarsir 3 baris pada media century square 1 yang sudah ditebalkan garis pinggirnya untuk pecahan , dan mengarsir 4 baris pada media century square 2 yang sudah ditebalkan garis pinggirnya untuk pecahan . Pengarsiran 3 baris ini menunjukkan pembilang 3 dari pecahan . Sementara itu pengarsiran 4 baris pada media century square menunjukkan pembilang 4 pada pecahan . Berikut ini ditampilkan gambar proses arsir pada media century square.

Gambar 4

Proses Pengarsiran media century square 1 dan 2

Media century square 1 Media century square 2

Langkah selanjutnya menghitung jumlah persegi yang diarsir dibandingkan dengan 30 bagian keseluruhan pecahan. Setelah dihitung persegi yang sudah diarsir adalah sebanyak 38 persegi. Sehingga diperoleh penjumlahan pecahan

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Hal ini dikarenakan pemilihan sampel tidak secara acak. Hal ini sesuai dengan yan dikemukakan oleh Ruseffendi (2006) bahwa pada kuasi ekperimen subjek tidak dielompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Control Group Pretes-Posttest Design” (Arikunto,S. 2006) desain dapat digambarkan sebagai berikut :

D.

O

X

O

O

O

Keterangan : O = Pretes dan postes kemampuan pemahaman konsep

matematis dan berpikir kreatif matematis

X =Perlakuan pembelajaran menggunakan Media Square

Century

Pada desain ini, peneliti melaksanakan pre-test (O) terhadap dua kelompok kelas eksperimen dan kontrol. Setelah itu, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan media Square century dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan. Setelah itu kedua kelas diberikan post-test (O) dengan instrumen yang sama.

Instrumen tes terdiri dari seperangkat soal uraian untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan konsep matematis siswa dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara menyeluruh terhadap materi yang disampaikan setelah kedua kelompok mendapat pembelajaran. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap pembuatan instrumen dan tahap tahap uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, dan reabilitas instrumen. Tes kemampuan pemahaman terdiri dari 5 soal uraian, dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis 5 soal uraian.

Data penelitian akan dikumpulkan melalui pretes dan postest siswa untuk melihat ketercapaian kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Hasil Penelitian

Hasil perhitungan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari output SPSS ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1

Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep

Aspek Kemam

puan

Kelompok

Mean

St. Deviasi

Sig.

Kesim pulan

Ket.

Pemahaman Konsep

Eksperimen

5,03

1,402

1,223

0,097

Terima

Tidak ada perbedaan

Kontrol

4,43

1,432

Berpikir Kreatif

Eksperimen

3,30

1,291

0,174

0,863

Terima

Tidak ada perbedaan

Kontrol

3,24

1,300

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan:

1. Pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematis, nilai signifikansi output SPSS lebih besar dari = 0,05, maka hipotesis diterima artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2. Pada aspek kemampuan berpikir kreatif matematis, nilai signifikansi output SPSS lebih besar dari = 0,05, maka hipotesis diterima artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Dengan demikian disimpulkan bahwa sebelum diberi perlakuan, kedua kelompok memiliki kemampuan yang tidak berbeda secara signifikan antar kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Hasil SPSS 18 for Windows kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah perlakuan ditunjukkan pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2

Uji Perbedaan Rata-rata Skor Postes

Aspek Kemampuan

Kelompok

Mean

St. Deviasi

Sig.

Kesimpulan

Pemahaman Konsep

Eksperimen

15,97

1,412

4,009

0,000

Tolak

Kontrol

14,50

1,443

Berpikir Kreatif

Eksperimen

16,93

1,311

7,649

0,000

Tolak

Kontrol

14,27

1,388

Pada tabel 2 untuk kedua aspek, nilai signifikansi output SPSS kurang dari = 0,05, maka hipotesis ditolak. Dengan demikian hipotesis yang merupakan hipotesis penelitian diterima, jadi:

1. Pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematis dengan rata-rata skor kelas eksperimen 15,97 dan kelompok kontrol 14,50 dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan pemahaman konsep matematis yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.”

2. Pada aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dengan rata-rata skor kelas eksperimen 16,93 dan kelompok kontrol 14,27 dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan berpikir kreatif matematis yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.”

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol, dilakukan dengan menggunakan gain ternormalkan pada kedua kelompok. Hasil SPSS 18 for Windows ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3

Uji Perbedaan Rata-rata Gain Skor Postes

Aspek Kemampuan

Kelompok

Mean

St. Deviasi

Sig.

Kesimpulan

Pemahaman Konsep

Eksperimen

0,74

0,07

4,250

0,000

Tolak

Kontrol

0,64

0,098

Berpikir Kreatif

Eksperimen

0,47

0,123

0,677

0,000

Tolak

Kontrol

0,38

0,117

Pada tabel 3 untuk kedua aspek, nilai signifikansi output SPSS kurang dari = 0,05, maka hipotesis ditolak. Dengan demikian hipotesis yang merupakan hipotesis penelitian diterima, jadi:

1. Pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematis dengan rata-rata skor gain ternormalkan kelas eksperimen 0,74 dan kelompok kontrol 0,64 dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan pemahaman konsep matematis yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung”

2. Pada aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dengan rata-rata skor gain ternormalkan kelas eksperimen 0,47 dan kelompok kontrol 0,38 dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan pemahaman konsep matematis yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.”

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari uji hipotesis di atas, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan yang signifikan tersebut merupakan pengaruh dari perlakuan yang berbeda di mana kelas eksperimen memperoleh pembelajaran menggunakan media century square sementara kelas kontrol memperoleh pembelajaran langsung.

F. Pembahasan

Pembahasan yang akan diuraikan berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan mengacu pada hasil analisis data mengenai kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemampuan berpikir kreaif matematis siswa dengan menggunakan media century square.

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dengan Menggunakan Media Century Square

Berdasarkan analisis pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan awal kemampuan pemahaman konsep matematis siswa tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Akan tetapi setelah diberi perlakuan kemudian diberikan postes, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa ternyata pada kelompok eksperimen tampak relatif lebih baik daripada kelas kontrol.

Hasil pengolahan data postes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen adalah 15,97 sedangkan kelas kontrol 14,5 dari skor ideal 20. Tingginya nilai rata-rata kelas eksperimen daripada kelas kontrol dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran kelas eksperimen yang lebih dinamis dan menyenagnkan. Siswa belajar seperti sedang bermain dengan memaipulasi media century square.

Untuk memperkuat hasil analisis peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat pula dari hasil perhitungan indeks gains dari data pretest dan postes, berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan softwere mikrosoft excel diperoleh hasil rata-rata gain kelas eksperimen 0,74 dengan kategori interpretasi indeks gain tinggi 60 %, sedang 40 % dan rendah 0 %. Sementara rata-rata indeks gain kelas kontrol 0,64 dengan interpretasi indeks gain tinggi 30 %, sedang 70 % dan rendah 0 %. Hasil pengolahan data di atas menunjukan adanya pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media century square dengan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini kita lihat juga hasil penghitungan uji parametric independen samples test yang hasilnya menunjukan data sign. (one tailed) kelas eksperimen dan kelas kontrol 0,000 yang berarti ada perbedaan signifikan antara penerapan media century square terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis dengan penerapan pembelajaran langsung terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis.

Kemudian dilihat dari hasil analisis uji statistik kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat capaian interpretasi indeks gain kelas eksperimen lebih baik dari pada interpretasi indeks gain kelas kontrol. Pada kelas eksperimen hasil postes menunjukan dari 30 siswa 60 % atau sebanyak 18 siswa berada pada indeks tinggi, 40 % atau sebanyak 12 orang siswa berada pada indeks sedang, dan hanya 0 % atau tidak ada satu orang siswapun berada pada indeks interpretasi rendah. Sementara pada kelas kontrol hasil postes menunjukan dari 30 data siswa hanya 30 % atau sebanyak 9 siswa berada pada indeks tinggi, 70 % atau sebanyak 21 siswa berada pada indeks sedang, dan 0 % atau tidak ada satu orang siswapun berada pada indeks interpretasi rendah. Dari data kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan interpretasi indeks gain yang cukup berbeda, capaian presentasi diinterpretasi indeks tinggi pada kelas eksperimen mencapai 60 % sementara kelas kontrol hanya 30 %, padahal kemampuan pemahaman konsep matematis awal ketika pretest berada pada tingkat yang sama.

Dari hasil pengolahan data di atas penggunaan media pembelajaran yang berbeda ternyata memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sudjana (2001, hlm. 151), penggunaan media pembelajaran menjadikan bahan pelajaran lebih jelas maknanya sehingga mudah dipahami siswa. Hal inilah yang berdampak baik pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Muhsetyo, 2012, hlm. 21) Media pembelajaran dalam pelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan, atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan merupakan bagi dari pelajaran yang diberikan. Dengan adanya media pembelajarana maka pencapaian pemahaman konsep matematis siswa akan mudah tercapai dengan baik.

Untuk menjaga keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media century square, peneliti pun membuat lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran di setiap tindakan yang dilaksanakan. Pada pelaksanaan tindakan di pertemuan pertama dari tahapan-tahapan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dipantau dengan baik melalui lembar observasi tersebut. Terdapat beberapa poin dari tahapan pembelajaran tidak dilaksanakan guru, misalnya saja ketika kegiatan awal pembelajaran guru lupa menyampaikan kegiatan apersepsi. Siswa masih kurang mengerti dalam menggunakan media century square.

Pelaksanaan tindakan kedua hampir semua kekurangan yang terjadi pada tahap pertama sudah tidak terulang lagi, hampir semua point pelaksanaan pembelajaran dengan media century square dilaksanakan oleh guru. Pada pelaksanaan tindakan ketiga semua tahapan pembelajaran sudah tidak terlewati oleh guru dan mendapat respon positif dari siswa. Respon positif yang didapatkan dari siswa tidak terlepas dari peran guru yang menngikuti rencana pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran dengan menggunakan media century square memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi dan mengotakatik media tersebut. Siswa melakukan kegiatan yang menyenangkan pula seperti mengarsir, mewarnai hingga menggunting. Media memberikan stimulus untuk siswa belajar. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Levi & Levi dalam (Arsyad, 2002, hlm. 9) yang menyatakan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Sehingga siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan. Pada akhirnya kemampuan pemahaman konsep matematis siwa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pada akhirnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media cenury square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

Selain dari itu, berdasarkan analisis kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. Hal ini terbukti dari prosentase peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih tinggi daripada yang memperoleh pembelajaran langsung.

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan Menggunakan Media Century Square

Berdasarkan analisis pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan awal kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Akan tetapi setelah diberi perlakuan kemudian diberikan postes, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ternyata pada kelompok eksperimen tampak relatif lebih baik daripada kelas kontrol.

Hasil pengolahan data postes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen adalah 16,93 sedangkan kelas kontrol 14,27 dari skor ideal 20. Tingginya nilai rata-rata kelas eksperimen daripada kelas kontrol dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran kelas eksperimen yang lebih dinamis dan menyenangkan. Siswa belajar seperti sedang bermain dengan memaipulasi media century square.

Pembelajaran dengan menggunakan media century square memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi dan mengotakatik media tersebut. Hal ini merangsang anak utuk berpikir kreatif. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sudjana (2001, hlm. 151) bahwa media bermanfaat agar pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi. Dengan motivasi belajar yang tinggi, kreatifitas siswa pun akan tumbuh dengan baik. Siswa melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti mengarsir, mewarnai hingga menggunting. Media memberikan stimulus untuk siswa belajar. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Levi & Levi dalam (Arsyad, 2002, hlm. 9) yang menyatakan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Sehingga siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan. Pada akhirnya kemampuan berpikir kreatif matematis siwa tercapai sesuai dengan yang diharapkan sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

Selain dari itu, berdasarkan analisis kualitas peningkatan berpikir kreatif matematis. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. Hal ini terbukti dari prosentase peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih tinggi daripada yang memperoleh pembelajaran langsung.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

b. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

c. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

d. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan media century square lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

H. Daftar Rujukan

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakrta: PT Raja Grafindo.

Kurino, Y. D. (2013). Penggunaan Media Century Square dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama Pada Peserta Dididk. Bandung: Konferensi PAUD dan Pendas.

Muhsetyo, G. Dkk. (2012). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rusefendi. (2006). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Linnya. Bandung: Tarsito.

Sriwiani, Y. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Generatif dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMA. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak dipublikasikan

Sudjana, N dan Ahmad Rivai. (2001). Media Pengajaran. Bandung: Sinar baru Algensindo.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post